com tersaji secara unik, humor dan amazing
Foto-foto Menhir Mahat
, Posted in FENOMENAL
Share
Tipe-tipe Menhir Mahat
Penggolongan menhir berdasarkan ukuran apabila dikaitkan dengan pola hias, dapat dikatakan bahwa pola hias menhir hanya terdapat pada menhir yang berukuran sedang dan besar, sedangkan menhir yang termasuk ke golongan berukuran kecil tidak ditemukan pola hias. Secara artefaktual dapat dikatakan bahwa menhir ditinjau berdasarkan ukuran menunjukkan perbedaan ada dan tidaknya hiasan, perbedaan dimaksudkan sebagai pertanda perbedaan status sosial bagi orang-orang yang dimakamkan di daerah tersebut. Motif hias tersebut adalah pucuak rabuang (segitiga), sulur , jalo/ula gerang (sulur ganda), dan garis.
Masyarakat Mahat sekarang yang mayoritas memeluk agama Islam, menganggap menhir yang ada di sekitarnya itu disebut sebagai batu urang saisuak (batu orang dahulu kala), fungsinya sebagai nisan kuburan (mejan) orang-orang masa lalu. Selain dianggap sebagai nisan kuburan ada juga yang dianggap sebagai batas tanah atau dalam istilah lokal disebut dengan lantak tanah, dan ada juga menyebutkan menhir sebagai lambang pesukuan.
Berbagai Fungsi Menhir Mahat
Umumnya mejan-mejan dan lantak tanah tersebut dianggap sebagai suatu yang dikeramatkan dan angker untuk didekati, bahkan ada yang beranggapan menhir-menhir ini dapat mendatangkan bencana seperti sakit dan sebagainya jika benda tersebut didekati atau dijamah dengan kata lain bahwa daerah di sekitar menhir adalah tempat sakral. Menurut masyarakat setempat tinggalan megalitik seperti punden ini, yang berada di Situs Koto Gadang dulu difungsikan sebagai tempat barundiang datuak-datuak, yakni tempat perundingan kepala suku atau tetuah adat.
Perundingan yang dimaksud adalah dalam berbagai hal yang berkaitan dengan keputusan adat istiadat atau apapun yang berkenaan dengan masalah kesejahteraan masyarakat di Nagari Mahat, oleh sebab itu punden tersebut disebut sebagai balai-balai batu, dalam bahasa Minangkabau balai berarti tempat pertemuan atau perkumpulan (lihat gambar di samping). Namun seiring berjalannya waktu terutama setelah kuatnya ajaran Islam di Nagari Mahat semua mitos itu tidak dihiraukan lagi oleh beberapa kelompok masyarakat.
Peninggalan megalitik di Nagari Mahat berupa menhir hampir mengalami kehancuran dan kepunahan. Beberapa menhir yang sudah roboh sengaja dijadikan untuk memenuhi keperluan lain seperti pondasi jembatan, batas lahan pertanian, dan lain-lain. Semenjak tahun 1980 barulah situs-situs di Nagari Mahat mendapat perhatian dan perlindungan dari pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar. Semenjak itu masyarakat baru mengetahui tentang arti pentingnya tinggalan-tinggalan megalitik terutama menhir yang sangat beragam di nagari mereka.
Misteri Menhir Mahat
Kata mahat berasal dari maek, yang artinya mayat. Setiapmenhir selalu menghadap ke arah Gunung Sago (timur laut). Menurut mitos, orang dahulu menganggap Gunung Sago sebagai Tuhan. Dan bisa jadi sebuah alasan kalau mayat yang dikubur nisannya (menhir) menghadap Gunung Sago.
Namun yang lebih misteri ketika penulis mewancarai salah seorang pengunjung dari sana. Pernah di tahun 1980-an ada peneliti dari Jakarta dan Australia yang meneliti menhir tersebut dan membawa beberapa sampel menhir ke laboratorium untuk pengujian. Dan hasilnya menhir di Mahat sudah ada sejak 3 SM sampai 1 Masehi.
Dan tentu selama yang kita ketahui, sejarah ditentukan dari kapan ditemukannya tulisan. dan selama ini yang kita ketahui awal sejarah Indonesia dimulai dari prasasti Kutai abad ke 7 di Kutai, kalimantan Timur.
Letak Menhir Mahat
Nagari Mahat yang terletak di lembah yang luas dikelilingi bukit-bukit kecil mempunyai luas 22.633 km2. Nagari Mahat terletak di Kecamatan Bukit Barisan, Kab. Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Di Nagari Mahat banyak ditemukan tinggalan arkeologis diantaranya menhir, batu dakon, lumpang batu, dan balai-balai batu. Temuan menhir paling dominan yaitu ±800 buah dari berbagai bentuk, ukuran, dan motif hias. Situs-situs megalitik Mahat diantaranya situs Koto Tinggi, Padang Ilalang, Koto Gadang, Ronah, Ampang Gadang, dan lain-lain.Nagari Mahat yang terletak di lembah yang luas dikelilingi bukit-bukit kecil mempunyai luas 22.633 km2. Nagari Mahat terletak di Kecamatan Bukit Barisan, Kab. Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Tipe-tipe Menhir Mahat
Penentuan tipologi menhir yang beragam di Nagari Mahat dilihat dari variabel-variabel atribut. Variabel tersebut adalah teknologi, bentuk, ukuran, dan pola hias. Teknologi pembuatan menhir di Nagari Mahat dilakukan melalui proses anostractive technology yakni berupa proses pembentukan hasil melalui pengurangan volume bahan (proses sentifugal) sehingga menghasilkan bentuk menhir yang sangat beragam, keragaman nampak pada bentuk ujung atas menhir, bentuk badan seperti hulu pedang, gagang golok, buaya, serta biji-bijian, sedangkan dari arah lengkungan menhir, keseluruhan menhir melengkung ke arah tenggara kecuali di Situs Padang Ilalang orientasi lengkungannya ke selatan dengan ukuran berkisar antara 30-400 cm.
Penggolongan menhir berdasarkan ukuran apabila dikaitkan dengan pola hias, dapat dikatakan bahwa pola hias menhir hanya terdapat pada menhir yang berukuran sedang dan besar, sedangkan menhir yang termasuk ke golongan berukuran kecil tidak ditemukan pola hias. Secara artefaktual dapat dikatakan bahwa menhir ditinjau berdasarkan ukuran menunjukkan perbedaan ada dan tidaknya hiasan, perbedaan dimaksudkan sebagai pertanda perbedaan status sosial bagi orang-orang yang dimakamkan di daerah tersebut. Motif hias tersebut adalah pucuak rabuang (segitiga), sulur , jalo/ula gerang (sulur ganda), dan garis.
Masyarakat Mahat sekarang yang mayoritas memeluk agama Islam, menganggap menhir yang ada di sekitarnya itu disebut sebagai batu urang saisuak (batu orang dahulu kala), fungsinya sebagai nisan kuburan (mejan) orang-orang masa lalu. Selain dianggap sebagai nisan kuburan ada juga yang dianggap sebagai batas tanah atau dalam istilah lokal disebut dengan lantak tanah, dan ada juga menyebutkan menhir sebagai lambang pesukuan.
Berbagai Fungsi Menhir Mahat
Umumnya mejan-mejan dan lantak tanah tersebut dianggap sebagai suatu yang dikeramatkan dan angker untuk didekati, bahkan ada yang beranggapan menhir-menhir ini dapat mendatangkan bencana seperti sakit dan sebagainya jika benda tersebut didekati atau dijamah dengan kata lain bahwa daerah di sekitar menhir adalah tempat sakral. Menurut masyarakat setempat tinggalan megalitik seperti punden ini, yang berada di Situs Koto Gadang dulu difungsikan sebagai tempat barundiang datuak-datuak, yakni tempat perundingan kepala suku atau tetuah adat.
Perundingan yang dimaksud adalah dalam berbagai hal yang berkaitan dengan keputusan adat istiadat atau apapun yang berkenaan dengan masalah kesejahteraan masyarakat di Nagari Mahat, oleh sebab itu punden tersebut disebut sebagai balai-balai batu, dalam bahasa Minangkabau balai berarti tempat pertemuan atau perkumpulan (lihat gambar di samping). Namun seiring berjalannya waktu terutama setelah kuatnya ajaran Islam di Nagari Mahat semua mitos itu tidak dihiraukan lagi oleh beberapa kelompok masyarakat.
Peninggalan megalitik di Nagari Mahat berupa menhir hampir mengalami kehancuran dan kepunahan. Beberapa menhir yang sudah roboh sengaja dijadikan untuk memenuhi keperluan lain seperti pondasi jembatan, batas lahan pertanian, dan lain-lain. Semenjak tahun 1980 barulah situs-situs di Nagari Mahat mendapat perhatian dan perlindungan dari pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar. Semenjak itu masyarakat baru mengetahui tentang arti pentingnya tinggalan-tinggalan megalitik terutama menhir yang sangat beragam di nagari mereka.
Misteri Menhir Mahat
Kata mahat berasal dari maek, yang artinya mayat. Setiapmenhir selalu menghadap ke arah Gunung Sago (timur laut). Menurut mitos, orang dahulu menganggap Gunung Sago sebagai Tuhan. Dan bisa jadi sebuah alasan kalau mayat yang dikubur nisannya (menhir) menghadap Gunung Sago.
Namun yang lebih misteri ketika penulis mewancarai salah seorang pengunjung dari sana. Pernah di tahun 1980-an ada peneliti dari Jakarta dan Australia yang meneliti menhir tersebut dan membawa beberapa sampel menhir ke laboratorium untuk pengujian. Dan hasilnya menhir di Mahat sudah ada sejak 3 SM sampai 1 Masehi.
Dan tentu selama yang kita ketahui, sejarah ditentukan dari kapan ditemukannya tulisan. dan selama ini yang kita ketahui awal sejarah Indonesia dimulai dari prasasti Kutai abad ke 7 di Kutai, kalimantan Timur.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul
. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://scoundrelxv.blogspot.com/2011/04/com-tersaji-secara-unik-humor-dan.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown -