Balita 2 Tahun Dinikahkan Dengan Bayi 9 Bulan di Deli Serdang
Senin, 21-03-2011 | 0 komentar | 1633 hit
Sebuah pernikahan unik berlangsung di Pasar I, Sikabung-kabung, Kec. Sunggal, Deliserdang, kemarin (20/3). Unik karena mempelai pria berusia 2 tahun dan mempelai perempuannya baru berusia 9 bulan. Mereka adalah Sangap Siregar dan Julian br Sinulingga. Berlangsung di rumah orangtua Julian, pernikahan kedua balita itu berlangsung sederhana. Di bawah rindangnya juntaian pelepah sawit yang mengelilingi tempat tinggal pengantin perempuan, tampak kerumunan warga mengenakan kain sarung duduk bersila di bawah tenda biru menyaksikan jalannya pernikahan itu.
Seperti pernkahan umumnya, saksi juga dipersiapkan lebih dulu sebelum dimulainya acara pernikahan yang rada aneh ini. Dua saksi yang dihadapkan saat itu adalah Ponten Sinulingga (62) dan Zailani Sinulingga (58). Keduanya adalah Bolang (kakek) pengantin. Sedangkan yang menjadi tuan kadinya atau yang menikahkan adalah anak beru (anak perempuan-red) dari keluarga ayah pengantin wanita.
Namun, sebelumnya, mahar atau uang pinangan harus diutarakan dulu. “Uang antarannya sebesar Rp.300 ribu, uang saksi Rp.20 ribu, satu orang Rp.10 ribu. Sedangkan maharnya atau mas kawinya sebesar Rp.58 ribu, itulah biayanya,” ujar Ponten di sela-sela acara. Tak menunggu lama, acarapun selesai dilaksanakan. Sebagai rasa syukur, para undangan dijamu. Menurut Ponten, keluarganya telah dua kali melangsungkan perkawinan seperti ini. “Sekitar 8 bulan lalu, kita juga buat acara seperti ini,” katanya diamini Zailani.
Lanjut Ponten lagi, apa yang dilakukan keluarganya saat ini merupakan warisan leluhur. “Ini salah satu adat di suku Karo dan nggak bisa dilakukan sembarangan. Artinya ada hal-hal yang memang mengharuskan dilakukannya perkawinan tadi, “ ucapnya. Pernikahan ini berawal dari seringnya sipengantin pria sakit. “Dari mulai umur satu bulan, Sangap sakit-sakitan, bahkan setiap minggu 3 kali keluar masuk rumah sakit. Entah berapa puluh juta uang udah dihabiskan untuk mengobatinya, tapi tetap saja kesehatannya tak membaik. Hal ini terus berlangsung hingga Sangap menginjak usia dua tahun lebih,“ jelas Ponten, menyebut ibu Sangap, Ratnadewi Br Sinulingga adalah putrinya.
“Mamak Sangap ini anakku, mereka tinggal di Jl. Selar, Kel. Belawan Bahagia, Belawan,” beber Ponten memperjelas. Nah, karena kondisi kesehatan Sangap kian memburuk, oleh keluarga, Sangap dibawa berobat dengan cara tradisional. “Karena tak tau lagi mau berobat kemana, ahirnya Sangap dibawa berobat ketempat bolangnya, Zailani ini,” ujar Ponten.
Sejak diobati Zailani, kesehatan Sangap mulai membaik. Belakangan, lewat terawangan batinnya, semangat hidup Sangap akan tumbuh bila dinikahkan dengan saudara ibunya. Bahkan, namanya Sangap harus diganti. Dulu, Sangap bernama M. Ridho Alfarizi. “Harus diganti karena nama tersebut tidak cocok,” jelas Andareas Sinulingga (33), ayah Julian, saudara kandung ibu Sangap.
Karena kesehatannya terus pulih, rencana menikahkan Sangap dengan Julian pun ditentukan. “Ini bisa dibilang kawin gantung, sebab masing-masing anak ini nantinya bisa membuat pilihan sendiri. Artinya tidak harus menikah dengan pasangannya sekarang, tapi dengan catatan bila salah satunya menikah harus membayar denda mahar kepada pasangan satu lagi. Andai yang menikah lebih dulu bila dewasa nanti yang perempuan, maka dia harus membayar denda dua kali lipat mahar kepada si laki-laki, begitu juga sebaliknya. Memang belum ada kejadian pasangan balita ini jadi sampai mereka dewasa,“ cerita Ponten panjang lebar.
Sedangkan Sori Bangun Siregar (46), ayah Sanggap, mengaku senang akan pernikahan anaknya ini. “Yang jelas sejak diobati sama bolang itu, anakku sehat, sekarang dah nggak pernah lagi ke rumah sakit, kalau tidak seminggu tiga kali wajib,” akunya. “Kalau hal kayak gini udah biasa sama kami orang karo, jadi bukan suatu keganjilan,“ timpal Dewi, istri Bangun Siregar.
Sementara Andareas mengaku senang melihat Sangap sehat seperti sekarang ini. “Yang memberikan nama Sangap itu aku, sebelumnya namanya M .Rido Alfarizi, waktu berusia beberapa bulan. Aku udah bilang sama kakak (mamaknya Sangap) kalau nama anaknya itu terlalu berat dan si anak tidak sangup membawa nama tadi, tapi kakakku Dewi bandel. Malah sangkin kesalnya, aku sempat bilang, nanti kau minta tolong juga sama aku akhirnya, dan sekarang terbukti,” ungkap Andareas tersenyum.
Zailani yang ditemui mengaku kalau hal-hal seperti memang di luar logika. “Kalau kita cerita logika, ya nggak logika rasanya gara-gara tukar nama, bisa sehat. Tapi ya begitulah, semua ini merupakan adat suku Karo, jadi dengan perkawinan kedua balita ini, diharapkan keduanya sehat-sehat selalu, murah rejeki dan terlindung dari segala marabahaya. Kalau dijelaskan kenapa bisa seperti ini, ini sulit dijelaskan, sebab berhubungan dengan alam yang tak nampak atau kasat mata, artinya yang kita tanya maunya semangat hidupnya si anak itu, dan waktu itu anak ini meminta dinikahkan dengan saudaranya, makanya kita buat seperti ini. Jadi tidak sembarangan dan semua anak bisa dinikahkan, kalau misalnya tidak kita kabulkan, si anak mengancam akan meningalkan kita artinya (meninggal-red),“ ungkap Bolang mengisahkan secuil rahasia di balik resepsi unik itu.
(Sumber)
Seperti pernkahan umumnya, saksi juga dipersiapkan lebih dulu sebelum dimulainya acara pernikahan yang rada aneh ini. Dua saksi yang dihadapkan saat itu adalah Ponten Sinulingga (62) dan Zailani Sinulingga (58). Keduanya adalah Bolang (kakek) pengantin. Sedangkan yang menjadi tuan kadinya atau yang menikahkan adalah anak beru (anak perempuan-red) dari keluarga ayah pengantin wanita.
Namun, sebelumnya, mahar atau uang pinangan harus diutarakan dulu. “Uang antarannya sebesar Rp.300 ribu, uang saksi Rp.20 ribu, satu orang Rp.10 ribu. Sedangkan maharnya atau mas kawinya sebesar Rp.58 ribu, itulah biayanya,” ujar Ponten di sela-sela acara. Tak menunggu lama, acarapun selesai dilaksanakan. Sebagai rasa syukur, para undangan dijamu. Menurut Ponten, keluarganya telah dua kali melangsungkan perkawinan seperti ini. “Sekitar 8 bulan lalu, kita juga buat acara seperti ini,” katanya diamini Zailani.
Lanjut Ponten lagi, apa yang dilakukan keluarganya saat ini merupakan warisan leluhur. “Ini salah satu adat di suku Karo dan nggak bisa dilakukan sembarangan. Artinya ada hal-hal yang memang mengharuskan dilakukannya perkawinan tadi, “ ucapnya. Pernikahan ini berawal dari seringnya sipengantin pria sakit. “Dari mulai umur satu bulan, Sangap sakit-sakitan, bahkan setiap minggu 3 kali keluar masuk rumah sakit. Entah berapa puluh juta uang udah dihabiskan untuk mengobatinya, tapi tetap saja kesehatannya tak membaik. Hal ini terus berlangsung hingga Sangap menginjak usia dua tahun lebih,“ jelas Ponten, menyebut ibu Sangap, Ratnadewi Br Sinulingga adalah putrinya.
“Mamak Sangap ini anakku, mereka tinggal di Jl. Selar, Kel. Belawan Bahagia, Belawan,” beber Ponten memperjelas. Nah, karena kondisi kesehatan Sangap kian memburuk, oleh keluarga, Sangap dibawa berobat dengan cara tradisional. “Karena tak tau lagi mau berobat kemana, ahirnya Sangap dibawa berobat ketempat bolangnya, Zailani ini,” ujar Ponten.
Sejak diobati Zailani, kesehatan Sangap mulai membaik. Belakangan, lewat terawangan batinnya, semangat hidup Sangap akan tumbuh bila dinikahkan dengan saudara ibunya. Bahkan, namanya Sangap harus diganti. Dulu, Sangap bernama M. Ridho Alfarizi. “Harus diganti karena nama tersebut tidak cocok,” jelas Andareas Sinulingga (33), ayah Julian, saudara kandung ibu Sangap.
Karena kesehatannya terus pulih, rencana menikahkan Sangap dengan Julian pun ditentukan. “Ini bisa dibilang kawin gantung, sebab masing-masing anak ini nantinya bisa membuat pilihan sendiri. Artinya tidak harus menikah dengan pasangannya sekarang, tapi dengan catatan bila salah satunya menikah harus membayar denda mahar kepada pasangan satu lagi. Andai yang menikah lebih dulu bila dewasa nanti yang perempuan, maka dia harus membayar denda dua kali lipat mahar kepada si laki-laki, begitu juga sebaliknya. Memang belum ada kejadian pasangan balita ini jadi sampai mereka dewasa,“ cerita Ponten panjang lebar.
Sedangkan Sori Bangun Siregar (46), ayah Sanggap, mengaku senang akan pernikahan anaknya ini. “Yang jelas sejak diobati sama bolang itu, anakku sehat, sekarang dah nggak pernah lagi ke rumah sakit, kalau tidak seminggu tiga kali wajib,” akunya. “Kalau hal kayak gini udah biasa sama kami orang karo, jadi bukan suatu keganjilan,“ timpal Dewi, istri Bangun Siregar.
Sementara Andareas mengaku senang melihat Sangap sehat seperti sekarang ini. “Yang memberikan nama Sangap itu aku, sebelumnya namanya M .Rido Alfarizi, waktu berusia beberapa bulan. Aku udah bilang sama kakak (mamaknya Sangap) kalau nama anaknya itu terlalu berat dan si anak tidak sangup membawa nama tadi, tapi kakakku Dewi bandel. Malah sangkin kesalnya, aku sempat bilang, nanti kau minta tolong juga sama aku akhirnya, dan sekarang terbukti,” ungkap Andareas tersenyum.
Zailani yang ditemui mengaku kalau hal-hal seperti memang di luar logika. “Kalau kita cerita logika, ya nggak logika rasanya gara-gara tukar nama, bisa sehat. Tapi ya begitulah, semua ini merupakan adat suku Karo, jadi dengan perkawinan kedua balita ini, diharapkan keduanya sehat-sehat selalu, murah rejeki dan terlindung dari segala marabahaya. Kalau dijelaskan kenapa bisa seperti ini, ini sulit dijelaskan, sebab berhubungan dengan alam yang tak nampak atau kasat mata, artinya yang kita tanya maunya semangat hidupnya si anak itu, dan waktu itu anak ini meminta dinikahkan dengan saudaranya, makanya kita buat seperti ini. Jadi tidak sembarangan dan semua anak bisa dinikahkan, kalau misalnya tidak kita kabulkan, si anak mengancam akan meningalkan kita artinya (meninggal-red),“ ungkap Bolang mengisahkan secuil rahasia di balik resepsi unik itu.
(Sumber)
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul
. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://scoundrelxv.blogspot.com/2011/05/balita-2-tahun-dinikahkan-dengan-bayi-9.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown -